Minggu, 26 Februari 2012

#edisisadis


Rindu ini menggelepar di ujung malam. Berdenyut, kemudian diam. Mati, bersamamu.     #edisisadis

Kan selimuti rindu ini dengan ribuan duri.Kupeluk erat-erat,agar kau tahu disetiap luka ada namamu.     #edisisadis

Hai bidadari,kan kupatahkan sayapmu agar tak mengepak lagi.Biar ada secercah nirwana tertinggal di maya pada         #edisisadis

Bukankah hati sumber dari rasa? Biar tak terluka,keluarkan hatimu.Masukkan dalam toples kaca dan pajang dia.         #edisisadis

Kan kudendangkan lagu yang menulikan telingamu, agar tak kau dengar segala dusta yang ada.             #edisisadis

Kan kutuangkan anggur bercampur tuba. Kita rayakan bersama,saling tertawa lalu mati.       #edisisadis

Kan kuberi dirimu sekuntum mawar,agar jemari terluka oleh durinya. Biar sakitnya kan meradang       #edisisadis







kumpulan sajak, puisi, sekedar celoteh  #edisisadis dari twitter



Minggu, 19 Februari 2012

Sedikit Kisah 2

    Perjalananku di Kalimantan sebenarnya berlangsung singkat. Alasannya sebenarnya adalah aku termasuk orang yang gampang bosan. Bosan pada satu tempat, bosan pada kerjaan, intinya aku bosan pada rutinitas.
    Ada beberapa peristiwa menarik yang aku temui. Kisah pertama adalah saat suatu malam aku terlantar dan menggelandang di jalan justru di tolong oleh preman setempat. Mereka menyediakan tempat untuk bisa sekedar tidur. Tempat yang lumayan terbebas dari dinginnya malam.
    Kisah selanjutnya adalah justru kebalikanya. Saat kemalaman dan kehabisan penginapan, aku mencoba istirahat sejenak di musolla. Lantai luar musolla aku sapu, sekedar layak untuk tempat sholat. Setelah selesai sholat aku bersandar pada tembok dan sekedar melepas lelah. Maksudku sambil istirahat sekalian menunggu subuh yang tinggal 2 jam lagi. Selepas itu aku kembali melanjutkan perjalanan. Tapi baru sepuluh menit memejamkan mata aku sudah diusir oleh penjaga musolla. Terpaksa aku menunggu subuh di tepian sungai Mahakam. Dingin dan sendirian.
    Sampai sekarang aku masih teringat kedua peristiwa itu. Sering aku banding-bandingkan, sebenarnya yang manakah orang baik itu? Sebuah pembelajaran hidup yang unik. Kadang kita terlalu menilai orang dari kulitnya tanpa pernah sadar bagaimana isinya.







Samarinda 2007

Jumat, 03 Februari 2012

Sedikit Kisah 1


              Entah kenapa tiba-tiba teringat aku teringat peristiwa sewaktu dulu masih mencari sesuap nasi di bumi Kalimantan. Mungkin cuma secuil daerah Kalimantan yang aku jelajahi. Alam Kalimantan dengan pesona hutannya yang mulai di rusak atas nama ekonomi.
                Perjalananku dimulai dari bandara Sepinggan, Balikpapan. Dari bandara dilanjutkan dengan mobil carteran menuju Samarinda menempuh waktu kurang lebih 2jam. Lucunya si sopir membelokkan ke sebuah tempat yang belakangan baru aku ketahui adalah sebuah lokalisasi. Tempat itu ada beberapa rumah-rumah dan warung-warung. Parah ! baru sejam menginjakkan kaki di Kalimantan sudah di dibawa ke lokalisasi. Awalnya aku binggung kenapa aku dibawa kesini. Ternyata, si sopir sedang menagih fee pada beberapa orang disana. Aroma minuman keras dan hinggar bingar musik dangdut memenuhi beberapa warung-warung disitu.
                Aku hanya bisa termenung sesaat. Mencoba menganalisa tempat itu. Wajah-wajah perempuan bermake up tebal dengan pakaian minim menjadi pemandangan disetiap sudut tempat itu. Hari masih siang. Ada beberapa perempuan duduk-duduk dengan santai diatas dipan. Aku diam saja. Mencoba bersikap tenang, lagi pula aku tidak melakukan apa-apa jadi apa peduliku. Niatku ke Kalimantan hanya ingin mencari pekerjaan dan tidak akan memulainya dengan hal-hal diluar itu.
                Sekilas aku perhatikan wajah-wajah perempuan itu berasal dari daerah Jawa. Mungkin itu tebakanku, melihat dari warna kulit dan wajahnya. Umurnya kisaran antara 18 sampai 30 an. Dari beberapa celetukan dari mereka, aku perkirakan dari daerah Jawa Timur,meskipun ada juga logat daerah Jawa Tengah. Dialek Sunda pun aku sepintas mendengarnya,meskipun ada beberapa daerah Sumatera juga.
                Setengah jam, waktu kami berhenti disini. Si sopir sudah menyelesaikan urusannya menagih beberapa orang. Kami pun segera bergegas kembali melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang lumayan lama, aku mencoba mengorek keterangan tentang tempat itu tadi. Dari penjelasan si sopir ternyata tepat dugaanku bahwa sebagian penghuni lokalisasi itu berasal dari Jatim. Menurut penjelasannya, aku jadi mengerti sebenarnya mereka ke Kalimantan untuk mencari pekerjaan. Beragam cerita akhirnya mereka terjerumus di lokalisasi. Aku kembali termenung, begitu beratkah hidup disini? Sementara aku mulai mencari penghidupan disini dan mungkin saja akan berakhir pada seperti mereka….mungkin saja, tapi untungnya tidak. 


Samarinda, 2007

Kisah Senyum

Hal yang aku ingat saat menatapnya adalah senyumannya. Ya, senyuman membuatku tertarik. Seperti magnet yang menarik segumpalan paku. Lekat dan tak bisa lepas. Secantik apapun wajah bila tanpa senyuman rasanya akan sangat hambar. Kaku seperti sebongkah patung. Tapi dia, senyumannya yang manis menghiasi wajahnya yang sangat manis juga. Perpaduan yang sempurna.

Kadang aku bertanya-tanya pada siapakah senyuman itu ditujukan? Teringat kalimat senyum adalah sedekah, membuatku semakin ingin menjadi fakir didepanmu. Agar ada mendapatkan sedekah darimu, yakni senyummu.

Sebuah kisah yang menyedihkan bukan? Hanya mampu menatap dirimu tersenyum tanpa pernah bisa  memilikimu dan senyumanmu.



Solo,2011








Rabu, 01 Februari 2012

Kisahku


                Menengok kembali ke masa lalu kadang merupakan hal yang bijaksana. Tetapi yang tidak bijaksana adalah terus  terpaku pada masa lalu. Hidup tidak berjalan mundur, dia bergerak maju. Mau tidak mau, suka tidak suka, dia akan terus berjalan.
                Mungkin tidak ada salahnya mengingat masa lalu. Masa yang mungkin tidak pernah akan terulang. Meskipun kejadiannya terulang tapi tidak akan sama. Ada beda kondisi, beda waktu, dan mungkin juga beda akan persepsinya.
                Mengingat masa laluku, mungkin bukan hal yang menarik untuk diceritakan. Tapi ini sekedar catatan sebagai pengingat bahwa apa yang pernah kulakukan dan kulalui sebagai pembelajaran hidup. Syukur-syukur menjadi lebih bijaksana.
                Sewaktu masih SMA, ada momen yang merubah sudut pandangku terhadap penguasa. Dari situlah awal persepsiku memandang hidup. Jaman orba, tak perlu diceritakan apa yang terjadi. Semua pasti paham.
                Jaman kuliah beberapa peristiwa menjadi cukup menarik. Pergolakan mahasiswa, perubahan rezim, dan masuknya pengaruh NII. Pergaulan dengan paham-paham kebebasan, ideology kiri, aliran, agama garis keras, membuat hal-hal menjadi menarik. Meskipun aku bebas menentukan aliranku sendiri.
                Petualang menarik juga ketika berpindah-pindah pekerjaan. Dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Dari kota ke kota lain. Dan dengan bangga aku berpredikat buruh. Aku mengerti posisi yang selama kuliah cuma  tahap wacana, dan sekarang sudah mengalaminya. Sungguh hal yang berbeda.
                Berawal dari keisengan, kini aku menjadi abdi Negara. Kini aku mengerti apa yang selama ini menjadi gelap. Cuma kulit luar yang terlihat saat posisimu diluar system. Njlimet dan ada lingkaran- lingkaran yang saling berkaitan.
               Sedikit mengerti tentang politik, mengerti sedikit tentang buruh, mengerti sedikit tentang pengusaha, tentang abdi Negara, tentang logika, dan tentang mistik . Sedikit mengerti karena pernah mengalami. Sedikit mengerti agar pikiran menjadi luwes.  Sedikit mengerti agar bisa lebih bijaksana.
                Biarlah masa lalu itu ada. Meski ada tangis, ada tawa, ada duka, ada suka, ada amarah, ada kecewa, dan ada rasa lainnya. Tapi itu tetap masa lalu. Masa yang akan terus melekat dalam sebuah cerita hidup. Semoga bisa menjadi lebih bijaksana.