Kamis, 15 Desember 2011

Sebuah Cerita


            Lembut  matamu terasa begitu menusuk, seakan-akan menelanjangiku. Menembus setiap sudut hati dan membaca setiap bisikan kalbu. Aku merasa luluh dihadapanmu. Aku terdiam dalam ribuan kalimat yang takkan pernah terungkap. Ya , aku terdiam bila dihadapanmu.
            Desir angin mencoba memecah kebisuan. Terasa dingin menyentuh kulit. Satu-persatu membawa kenangan. Meracaukan sebuah cerita yang terbentuk dimasa lalu. Masa dimana hari terlewati dengan peristiwa yang saling bertabrakkan, saling tumpah tindih dalam skenario tak berbentuk. Dan aku menyebutnya abstrak.
            Sebuah kisah berawal dari pertemuan tak terduga. Aku dan kamu. Sebuah awal tanpa apa-apa, hanya sebuah pertemuan. Ibarat sungai yang mengalir,disepanjang alirannya akan terpecah masuk dalam anak-anak sungai. Saling menjauh tapi akan bertemu kembali pada suatu titik. Dan titik itu bernama muara. Aku dan kamu telah terpisah. Ada jeda bernama waktu dan jarak. Tapi dengan tiba-tiba kita telah bertemu kembali dalam suatu arus yang sama. Entah kenapa  nasib bisa mengaitkan kita dalam satu irama.
            Hari pagi yang terindah. Terhembus napas kebahagiaan saat kita bertemu. Kita saling membagi cerita hidup yang kadang begitu rumit tapi kadang juga begitu mudah. Berbagi sudut aku dan kamu, meski kadang  tidak bertemu. Atau malah jarang bersatu dalam satu kesepakatan. Aku berdiri di pihak yang jauh berseberangan dengan kamu. Tak pernah aku bermimpi untuk bisa saling berjabat tangan dirimu. Menggegam dalam satu kesatuan.
            Nasib memang senang bercanda dengan cara yang aneh. Nasib telah lama merenggut mimpi-mimpiku. Mencabik semua anganku, dan kemudian membantingku dengan keras dengan nama kenyataan. Aku mulai takut untuk bermimpi. Malam-malam panjang terlewati dengan kegelisahan. Dan aku memutuskan untuk berhenti bermimpi. Aku lalui malam tanpa pernah bermimpi lagi.
            Kau hadir dengan dengan tiba-tiba. Kau sentuh kalbuku, memberi kesejukan di jiwa yang kering meradang. Mengapa kau hadir ? Dan mengapa kau memberikan aku sebuah mimpi ? Mimpi yang kini mengusik tidurku. Menyiksaku dengan angan-angan yang telah lama aku lupakan ? Dan mengapa harus dirimu ?
            Lembut sorot matamu telah mengusikku. Merdu suaramu telah memecah kebekuan. Hadirmu kini membuatku berarti. Angan telah tercipta. Ijinkalah aku kembali bermimpi. Ijinkanlah aku merajut sebuah mimpi sekali lagi. Dan mimpi itu……bersamamu.