Lembut
matamu terasa begitu menusuk, seakan-akan
menelanjangiku. Menembus setiap sudut hati dan membaca setiap bisikan kalbu.
Aku merasa luluh dihadapanmu. Aku terdiam dalam ribuan kalimat yang takkan
pernah terungkap. Ya , aku terdiam bila dihadapanmu.
Desir angin mencoba memecah kebisuan. Terasa dingin
menyentuh kulit. Satu-persatu membawa kenangan. Meracaukan sebuah cerita yang
terbentuk dimasa lalu. Masa dimana hari terlewati dengan peristiwa yang saling
bertabrakkan, saling tumpah tindih dalam skenario tak berbentuk. Dan aku
menyebutnya abstrak.
Sebuah kisah berawal dari pertemuan tak terduga. Aku dan
kamu. Sebuah awal tanpa apa-apa, hanya sebuah pertemuan. Ibarat sungai yang
mengalir,disepanjang alirannya akan terpecah masuk dalam anak-anak sungai.
Saling menjauh tapi akan bertemu kembali pada suatu titik. Dan titik itu
bernama muara. Aku dan kamu telah terpisah. Ada jeda bernama waktu dan jarak.
Tapi dengan tiba-tiba kita telah bertemu kembali dalam suatu arus yang sama.
Entah kenapa nasib bisa mengaitkan kita
dalam satu irama.
Hari pagi yang terindah. Terhembus napas kebahagiaan saat
kita bertemu. Kita saling membagi cerita hidup yang kadang begitu rumit tapi
kadang juga begitu mudah. Berbagi sudut aku dan kamu, meski kadang tidak bertemu. Atau malah jarang bersatu dalam
satu kesepakatan. Aku berdiri di pihak yang jauh berseberangan dengan kamu. Tak
pernah aku bermimpi untuk bisa saling berjabat tangan dirimu. Menggegam dalam
satu kesatuan.
Nasib memang senang bercanda dengan cara yang aneh. Nasib
telah lama merenggut mimpi-mimpiku. Mencabik semua anganku, dan kemudian
membantingku dengan keras dengan nama kenyataan. Aku mulai takut untuk bermimpi.
Malam-malam panjang terlewati dengan kegelisahan. Dan aku memutuskan untuk berhenti
bermimpi. Aku lalui malam tanpa pernah bermimpi lagi.
Kau hadir dengan dengan tiba-tiba. Kau sentuh kalbuku,
memberi kesejukan di jiwa yang kering meradang. Mengapa kau hadir ? Dan mengapa
kau memberikan aku sebuah mimpi ? Mimpi yang kini mengusik tidurku. Menyiksaku
dengan angan-angan yang telah lama aku lupakan ? Dan mengapa harus dirimu ?
Lembut sorot matamu telah mengusikku. Merdu suaramu telah
memecah kebekuan. Hadirmu kini membuatku berarti. Angan telah tercipta. Ijinkalah
aku kembali bermimpi. Ijinkanlah aku merajut sebuah mimpi sekali lagi. Dan mimpi
itu……bersamamu.