Minggu, 25 September 2011

Arti Sebuah Nama


Entah mengapa aku memilih nama ini, Kira-kira gitu. Nama yang sebenarnya tak jelas apa maksudnya. Pada awalnya aku memilih nama ini karena sekedar iseng untuk email baruku, tapi seiring waktu aku mulai nyaman dengan nama ini. Sedikit demi sedikit akhirnya aku memberikan makna pada nama ini.
Kira – kira gitu adalah ungkapan tentang ketidakpastian. Pada beberapa pernyataan ungkapan ini bisa berarti juga persetujuan meskipun tidak sepenuhnya setuju. Kira-kira gitu adalah sebuah karakter ambigu. Ketidakpastian atau bahkan ketidakjelasan. Tidak pernah berdiri pada satu titik, bahkan memberikan ungkapan-ungkapan yang bersayap. Ah kok malah makin ngaco aja sih…
Sebenarnya makna yang ingin aku berikan pada nama kira-kira gitu adalah sebuah ketidak pastian. Ada ruang untuk membebaskan mengartikan, pemaknaan tentang sesuatu. Aku tidak ingin mendikte tentang apa,bagaimana, bahkan siapa aku ini. Biarlah semua bebas bicara dan berpikir dari sudutnya masing-masing.
Didunia ini banyak hal dalam kepastian. Manusia hanya mampu memberikan pendapatnya dari perspektifnya sendiri-sendiri. Apakah ini adalah kebenaran sejati? Ataukah hanya pendekatan dari kebenarannya itu sendiri? Entahlah, aku cuma bisa kira-kira gitu. Dalam ilmu pasti, sebuah teori akan dianggap benar sebelum muncul teori baru yang menggantikannya. Jadi kebenaran itu bersifat relatif. Tapi aku percaya tentang adanya kebenaran yang sesungguhnya. Maaf, aku bukan atheis.
Apalah arti sebuah nama ,itu yang sering dikatakan. Bagiku nama itu penting, makna dari nama itu juga penting. Bukan hanya panggilan,tapi mewakili dari keseluruhan pribadi itu sendiri. Jadi dengan bangga aku katakan aku adalah si KIRA-KIRA GITU.
Hehehe……..sekedar tulisan ngaco saat otak buntu.

Sabtu, 24 September 2011

ROKOK TERAKHIR

Mungkin ini adalah rokok terakhir  yang aku hisap. Aku ingin menikmati. Biarlah asapnya memenuhi paru-paruku, biarlah semua nikotinnya masuk kedalam tubuhku. Kau tahu, saat aku hembuskan asap rokok ini maka terasa semua beban itu melayang meninggalkanku. Kata orang rokok itu adalah paku dari peti matimu…Bah !! Apaan itu, aku tak perduli.
“Maaf, ini sudah saatnya” sesosok lelaki membawaku menyusuri lorong gelap. Jam sudah menunjukkan dua pagi. Angin terasa sangat dingin. Sunyi dan sangat mencekam. Hatiku terasa sangat gelisah. Detak jantungku terasa tak beraturan. Aku mencoba untuk tenang. Pasrah akan semua keadaan.

Disinilah  semuanya akan berakhir. Akhir sebuah cerita seorang perempuan. Cerita tentang perempuan yang mencoba melawan ketidakadilan hidup. Saat ia melawan ketika siksa sudah melebihi katahanannya. Dan batin sudah memberontak maka amarah menjadi penguasanya. Malam itu ia bersama sebuah kapak mencoba mengakhiri sebuah cerita duka. Pekik tertahan kemudian diam. Lima tubuh membujur kaku. Satu pria, satu wanita dan tiga orang anak menjelang remaja.

Asap rokok sedari tadi ia tahan,dengan perlahan ia hembuskan. Asap tipis membumbung tinggi menembus dinginnya pagi. Ia mencoba tersenyum. Ia tak tahu lagi apa makna senyumannya, apakah ini senyum kemenangan atau kepedihan. Semuanya akan berakhir pagi ini. Palu hakim telah memutuskannya. Ia akan dieksekusi pagi ini.